Rabu, 24 Oktober 2012

Cygnustoria: Part4. Chilling Red Square

Baiknya aku meninggalkan alun-alun ini segera.

Aku sudah tidak ingin lagi melihat kekacauan. Aku juga tak ingin melakukan apapun..

Entah sejak perang berakhir aku sudah tak ingin berurusan dengan konflik antar personal atau golongan sekalipun.

Baru aku berjalan beberapa langkah terdengar suara tembakan. Bukan dari si Komandan yang ada di atas panggung. Suara tembakan ini tepat berasal dari depanku, dari seorang polisi muda yang terlihat gemetaran. Aku langsung berjalan menjauhinya dengan cepat seperti orang awam lainnya, antara takut dan tak ingin mencolok.

Satu langkah melewati polisi muda itu,, aku tersentak oleh teriakan si Komandan,,,

"APA YANG KAU LAKUKAN BOCAH!!! KAU MENCOBA MEMBUNUHKU? HAH!?"

Suasana kembali tegang..

"Maaf, saya tidak setuju dengan anda,, anda sudah bukan lagi komandan,, anda sudah tidak pantas lagi menjadi polisi!" si polisi muda ini membela sambil mengacungkan pistolnya ke arah komandan dengan gemetaran.

"Kau berani menentang tapi kau gemetaran seperti itu!? Kau sebut dirimu polisi, nak?"

"Saya masih percaya orang-orang yang tersisa tidak semuanya buruk!"

"Kamu hanya membela dirimu! Kamu pasti merasa sangat ketakutan karena kata-kata sesat si Ladir! Kau pasti bimbang atas eksistensimu sendiri kan! Katakan,, kau pasti mempertanyakan dirimu yang seorang polisi namun juga pendosa besar! Tak usah kau mengelak dari kenyataan! Te...."

DORRRR

Polisi muda itu menembak kembali.. tapi tidak mengenai si Komandan. Tangannya yang gemataran itu semakin menjadi-jadi..

"KAU BENAR-BENAR INGIN MEMBUNUHKU KAN BOCAH?!!" Dengan sigap si Komandan menembakan pelurunya dan tepat mengenai kepala si polisi muda itu.

Semuanya histeris dan mencoba berlari.

Aku pun juga berlari sekuat-kuatnya.

Sangat pengecut. Aku tau aku bisa menghentikan semua ini,, tapi aku merasa ada yang hilang dari diriku.. entah itu keberanian atau rasa keadilan yang dulu diagung-agungkan.

Aku sampai di ujung sebuah gang. Nafasku masih terengah-engah. Dari sini aku masih dapat mendengar kekacauan di alun-alun. Suara tembakan dan suara jeritan. Aku tak peduli...

"Merasa tak berguna, Awaza?" suara yang tak asing mengagetkanku.

Seseorang yang aku kenal ada di gang ini.. aku belum melihat sosoknya karena gang ini sangat gelap.

"Ada apa denganmu? Kamu kehilangan nilai fungsimu?"

"Kamu,,, kenapa ada di sini?" aku semakin melihat jelas sosoknya..

Dia muncul dari gang dan sinar tepat mengenai separuh wajahnya. Yang terlihat adalah senyumnya yang dingin namun memikat. Gala sang prajurit,, sama sepertiku, dia adalah mantan prajurit dalam peperangan.

"Rasanya bukan dirimu,, menmbiarkan kekacauan terjadi tepat di depan matamu, Apa kau tak berdaya menerima kenyataan kamu tidak pergi bersama angin itu?"

Aku tidak bisa menjawabnya.Memang tebakannya nyaris benar, tapi aku memilih untuk diam.

"Hmm,, jika dirimu tidak ingin meredakan kekacauan ini,, biarkan aku saja yang melakukannya untukmu"

"JANGAN!" Aku panik, aku tahu Gala bukanlah orang yang patut dipercayai untuk menyelesaikan masalah. Satu hal yang pasti dia akan melakukannya dengan caranya sendiri,, cara yang mengerikan.

Aku tidak mampu bergerak lebih.. Gala terlalu mengintimidasiku hingga aku hanya bisa gemetar dan melihatnya terus melangkah menuju alun-alun.

Sebelum dia sampai di alun-alun,, sepasang sayap hitam muncul dari punggungnya. Perlahan wujudnya berubah.

Aku hanya terpuruk di sini..

Aku tak bisa melihat apa yang akan terjadi...

Lebih tepatnya aku tak ingin...

Aku menutup mata...

Dan selanjutnya suara jeritan dari alun-alun semakin kencang. bersama suara gemuruh yang tak jelas,, seperti suara angin badai... aku tak ingin melihatnya...

Satu jeritan.. dua jeritan.. tiga jeritan menghilang dan akhirnya sunyi...

Ya... dibalik kelopak mataku yang tertutup ini entah mengapa aku bisa melihat alun-alun itu...

Satu warna yang kini menyelimuti alun-alun itu... warna merah darah....

Selasa, 23 Oktober 2012

Cygnustoria Intermezzo Part1

Halo halo,, apakah ada yang suka baca cerita di blog saya?
Anggap saja ada dan memang ada,, hhaha <gak jelas

Nah sekarang saya lagi semangat-semangatnya nulis Cygnustoria,
Sebenarnya ini cerita yang suka saya khayalin saat pulang dari studio. Karena pada saat naik sepeda biasanya saya suka berimajinasi. Dan dari beberapa kisah yang suka saya imajinasikan adalah Cynustoria.

Saat intermezzo ini ditulis, Cygnustoria sudah di ketik sampai Part ke 3. Dan untuk draftnya sendiri masih dalam imajinasi, haha.

Dalam penulisannya sendiri saya lebih suka yang "ngalir" sehingga ada beberapa hal yang malah belum aku jelasin. Yang paling ketara sih,,, Siapa nama tokoh utamanya?? hahaha.. iya iya,

Dan tokoh utamanya bukan yang ada di gambar banner blog ini (itu ceritanya saya yang narsis, geuhehehehe)

Aku biasanya gak suka memperkenalkan secara langsung. Biasanya nama dari tokoh akan di ketahui dari interaksi tokoh lain (seperti memanggil namanya) baru aku jelasin dikit demi sedikit.

Tapi gak disangka cerita yang baru pembukaan ini malah langsung berat ke konflik,, semoga kalian gak kaget ya ujug-ujug udah ribut-ribut <<gayanya udah banyak yang baca and terkenal :P

Judulnya sendiri kalo diuraikan terdiri dari dua kata cygnus (angsa) dan storia (story). Cerita angsa?  penasaran apa maknanya? Simak aja terus yak,,

Owiya saya mohon kritik dan saran ya,, silahkan tinggalkan komentar jika berkenan.
 Jujur saya nulis di sini sebagai media latihan dalam menulis cerita jadi kritik dan saran anda sangat saya harapkan.

Salam

Cygnustoria: Part3. Justice Died

"BUBAR!! SEMUANYA BUBAR!!"

Polisi datang. Mereka mengepung alun-alun. Orang-orang panik dan berlarian. 

Tapi sebelum semua orang benar-benar meninggalkan alun-alun si Pria pembujuk itu mengangkat micnya dan kembali berbicara.

"Selamat datang tuan-tuan polisi, apa yang bisa kami bantu? Hendakkah kaliah ingin ikut menari di sini?"

"Tutup mulutmu, Ladir! Lagi-lagi kau membuat ulah! Kami akan menangkapmu dan membawamu ke pengadilan!"

"Khu..khu,,khu.. pengadilan katamu? DENGAR SEMUANYA POLISI INI INGIN MEMBAWA KAMI KE PENGADILAN! Hahahaha" Pria pembujuk bernama Ladir itu tertawa terbahak dengan micnya sampai suara mic mendenging di telinga.

Tapi kemudian dia berhenti tertawa karena tidak ada orang yang mengikutinya tertawa. Sudah jelas, orang-orang disini tidak paham mengapa si Ladir tertawa. Dia kemudian bangkit dan kembali mengangkat micnya.

"Apa kalian tidak sadar? Angin itu adalah pengadilan yang sesungguhnya. Kita semua tahu orang yang masih tersisa di muka bumi ini adalah para pendosa berat. Dan lihatlah siapa yang ingin menangkap kami sekarang. Polisi? Tidak, mereka tidak jauh lebih mulia dari kami,, dari kita semua! Mereka sama saja,, mereka tidak mati saat angin itu berhembus,, mereka juga,, PARA PENDOSA BESAR! Apa kita rela di hukum oleh orang yang tidak jauh lebih baik dari kita? "

Orang-orang yang tadi panik sekarang tambah tercengang mendekar kata-kata Ladir. Tidak hanya para warga, tapi para polisi itu sendiri juga tercengang.Apa mereka benar-benar menyetujui pikiran si Ladir? Mereka seperti kehilangan wibawa dan harga diri, tidak ada lagi arti dari seragam yang mereka kenakan kecuali sebagai pakaian biasa. Yang membuat posisi mereka masih disegani adalah pistol yang mereka acungkan.

"Diam kau Ladir! Kamu hendak menghasut semua orang di sini? Hal itu sia-sia" si komandan berusaha membangkitkan kembali rasa percaya dirinya.

 "Meski kau bilang yang tersisa hanyalah para pendosa, bukan berarti hukum di sini mati!'

"Apa gunanya tetap mematuhi hukum? Pada akhirnya kita semua akan dihukum dalam satu kepedihan yang menyiksa... Satu-satunya yang membuat ketidak jelasan ini menjadi jelas adalah dengan meminum air dari guci ini dan menyusul mereka." si Ladir menantang si komandan dengan tatapannya yang meremehkan.

"Beraninya kamu menghina kami,, Kau tak lebih dari orang yang putus asa! Jika ingin mati, mati saja sendiri!"

"Lantas bagaimana denganmu? Apa kau tidak merasa putus asa mengetahui dirimu yang mengabdi untuk hukum yang kamu banggakan itu tidak membuat dirimu mati dalam angin itu? Dan lihatlah, masih banyak polisi yang hidup di sini,,, Apa kalian tahu apa artinya itu?" Ladir tersenyum.

Orang-orang mulai memandang sinis ke semua polisi yang ada di alun-alun.

"YA PARA POLISI INI BUSUK!! KEADILAN SUDAH TIDAK DIPERLUKAN LA.."

DORRR!!!

seketika Ladir berhenti bersuara,, Komandan Polisi itu menembak Ladir tepat di jantungnya.

Bodoh, mengapa polisi itu begitu bodoh. Tindakannya hanya akan menjadi awal dari kekacauan.

Tidak,

Aku juga sama bodohnya, mengapa aku tidak dapat melakukan sesuatu... Aku hanya terus gemetar dan setiap hendak melakukan sesuatu aku selalu teringat dengan bocah itu,,, bocah dalam medan pertempuran terakhir itu,,,

Aku ingat, apa karena itu alasan aku masih hidup?

Sial,,

Si komandan yang telah membunuh Ladir kini berjalan terhuyung-huyung mendekati mayat Ladir. Dia mengambil mic dari tangan si Ladir.

"Aku tak peduli kalian akan menganggap kami apa, Tapi sekarang kami masih bisa menjaga kalian. Hukum memaksa dan membuat kalian tunduk. Tapi jika kalian merasa hukum sudah tidak bisa dipercayai.. Maka biarkanlah senjata ini yang menguasai kalian!!" si Komandan mengankat pistolnya dan menembakan tiga kali tembakan ke udara.

Merka semua berpikir kini hukum telah mati.. tapi hukum baru telah muncul,, tidak,, ini hanya hukum lama yang sebenarnya selalu ada... hukum rimba.. siapa yang kuat mereka akan mengusai,, dan bagi mereka yang sudah tidak dapat berkutik atau ingin terlepas dari hukum ini bisa mencari jalan lain, seperti... meminum air dari guci itu.

Sekarang.. apa yang selanjutnya akan terjadi?




Senin, 22 Oktober 2012

Cygnustoria : Part2. Suicide Circus

"Kami akan menyusul mereka yang telah tertidur dalam senyuman mereka. Kami akan membuat tidur kami sendiri dengan indah!"

Kemudian beberapa orang naik keatas panggung. Ada sepuluh orang yang kemudian berbaris rapih dibelakang pria itu. Mereka semua mengenakan pakaian yang sangat bagus dan rapih seakan-akan ini adalah hari perkawinan mereka.

Seorang wanita yang terakhir naik panggung membawa sebuah guci yang mulutnya ditutup dengan kain. Ia menaruh guci itu di tengah panggung, di samping si Pria yang berteriak membujuk,

"Kami percaya bahwa mulai saat ini hanyalah membuang-buang waktu saja untuk tetap bersedih, waktunya untuk menentukan sikap melawan dunia ini! Bergabunglah bersama kami kawan!"

Pria itu membuka guci, lalu mengambil gayung yang diserahkan oleh salah seorang yang berbaris dibelakangnya, lalu ia meminumkannya kepada mereka secara bergiliran. Namun si pria tidak ikut meminumnya,

Tiba-tiba terdengar suara musik dari belakang panggung. Dan mereka yang tadi meminum air dari guci itu menari. Mereka menari bahagia seiring lantunan nada yang merambat melalui udara, mereka tertawa bahagia. Beberapa orang yang menyaksikan acara ini masih bertanya-tanya sebenarnya apa yang mereka lakukan. Aku sendiri sekarang menganggap ini hanyalah pertunjukan biasa, teater jalanan. Hingga aku sadar sepertinya air dari guci itu memang sesuatu yang aneh.

Kemudian mereka mulai menyanyi..
Kami melihat tanpa harapan,, inilah dunia yang kini menjadi neraka...
Sebelum dingin menyerang,, sebelum kekecewaan bertambah...
dan karena tiada yang bisa memutar kembali waktu,, kami menari di sini,.,

Ketakutan kan sirna.. kegelisahan selamat tinggal,,
Kami ciptakan tawa kami sendiri,, kami ciptakan damai kami sendiri,,,
kami menari di sini...


pada detik berikutnya salah seorang pria rubuh tak sadarkan diri. kemudian di susul dengan pria yang lain lalu wanita yang menjadi pasangan dansanya hingga semua yang menari kini rubuh, Tersisa si pria pembujuk yang masih berdiri di atas panggung,

Para penonton pun kini terkaget kaku. mereka sadar apa yang sebenarnya mereka saksikan namun sejenak suara mereka seperti terkunci bisu.

"MEREKA MATI,,,,!!!"

Beberapa orang yang tak tahan dengan kejadian itu menjerit dan meninggalkan tempat.

"Bagaimana? apa kalian bisa melihat bagaimana bahagianya mereka yang telah menyusul para tertiup angin? Lihatlah! Mereka tersenyum dan mereka menari sebelum akhirnya tiada!"

Kini dugaanku benar, air dalam guci itu pastilah racun. Aku heran mereka sudah benar-benar sinting mau melakukan ini,

"Kami tawarkan kepada anda tawaran menyenangkan ini. Kami masih memiliki satu guci lagi,"

Tanpa disangka ada barisan kedua, Mereka naik panggun dan mulai meneguk air dari guci itu. Dan kembali apa yang terulang tadi.

Wajah mereka begitu bahagia. Mereka tertawa dan seperti anak-anak yang tiada beban meski harusnya mereka tahu kalau setelah ini mereka akan meregang nyawa mereka.

Dan begitu lagu berhenti mereka mulai berjatuhan....

Apa-apaan ini.. apa mereka begitu takutnya menjalani waktu yang tersisa saat ini,

"Nah, kami buka kesempatan ini bagi anda yang ingin melakukannya, Naiklah ke atas panggung sekarang!"

Aku bertanya-tanya apakah tawaran pria aneh ini akan ditanggapi. Dan betapa terkejutnya diriku, dan mungkin semua orang yang ada di sini ketika ternyata ada seorang pemuda yang naik ke atas panggung.

"Selamat datang tuan, mari berdiri di sini, adakah alasan yang ingin anda bagi sebelum anda pergi?" Pria aneh itu menyambut pemuda yang naik ke atas panggung.

"Aku melihat betapa bahagianya mereka menari. Aku jadi teringat saat aku menari dengan kekasihku yang kini telah tiada karena angin itu... aku ingin menyusulnya dengan bahagia!" Pemuda itu lantang bersuara sambil meneteskan air mata.

"Kami mengerti perasaanmu,, sekarang minumlah"

Aku benci untuk melihat inil. Mengapa tidak ada yang mau menghentikan semua ini. Tanganku pun hanya bergetar tak karuan. Aku ingin pergi,, tapi semua orang di sini seperti sedang berpikir apakah mereka hendak mengikuti langkah si pemuda.

SIAL!

Tiba-tiba terdengar suara tembakan dari kejauhan.

Cygnustoria : Part1. Lost Eden

Jadi apakah benar surga telah hilang bagi kami yang tersisa? Dan yang akan kami temui hanyalah matahari yang akan semakin mendekati tanah kami berpijak.

Aku tak berharap banyak. Hari-hari masih aku lalui di rumah pasangan bahagia itu yang kini pasti lebih bahagia lagi, aku harap kini mereka tersenyum lepas di surga.


Yang bisa aku lihat sekarang hanyalah pusara mereka yang ada dibelakang rumah. Mereka sendiri yang menginginkan untuk disemayamkan di belakang rumah mereka tercinta dan dalam satu liang kubur. Sebagai anak angkat yang berbakti tentu aku tak akan melewatkan permintaan terakhir mereka.

Kini aku harus bertahan hidup sendirian. Memasak. Oke, aku memiliki beberapa resep yang aku kuasai dan aku rasa masakanku tidak buruk jika itu hanya untuk aku sendiri.

Matahari masih setampak benang putih di ujung langit. Aku bergegas menuju pasar yang tak jauh dari rumah yang nyaman ini. Sepanjang jalan yang aku temui masih seperti hari kemarin.Kabut asap dengan aroma mesiu pun masih tipis-tipis menyelimuti kota. Sisa peperangan.

Aku tidak tahu masih beberapa orang yang hidup setelah angin itu berhembus. Tapi sepertinya tidak banyak yang mendapatkan kebahagiaan itu. Pasarpun masih ramai seperti hari-hari biasanya. Aku menebak banyak dari mereka yan berbuat curang dalam berdagang. Seperti menambah timbangan, menimbun barang agar dapat dijual mahal saat langka atau mungkin mereka menggunakan modal dari merampas uang orang terdekatnya. hmm,, pikiran burukku ini mungkin yang menjadi salah satu alasan mengapa aku tidak mati saat angin itu berhembus.

Aku masuk ke dalam pasar dan mencari apa yang aku butuhkan. Sebenarnya aku bingung dengan apa yang ingin aku buat untuk hidanganku sendiri. Yang aku lakukan hanyalah berkeliling dan melihat-lihat. Ternyata masih ada sayuran dan buah-buahan segar yang bisa dijual. Aku pikir setelah perang semua ladang dan kebun sudah banyak yang hancur.

Terlepas dari kebingunganku sendiri aku melihat beberapa orang berjalan tergesa-gesa, sebagian ada yang sangat emosional sampai menangis, bahakan ada yang harus diseret. Apasih yang terjadi?

Aku mengikuti mereka dan terlihat kerumunan di tengah alun-alun belakang pasar. Di sana orang berdesak desakan seperti hendak dievakuasi. Semakin aku mendekat semakin aku dengar seruan dari seseorang yang seperti berorasi. Seorang pria setengah baya, ia berteriak lantang.

"..tiada lagi harapan bagi kita! Untuk apa kita hidup lagi? Yang tersisa setelah ini hanyalah Kiamat!!"

Sepertinya orang ini putus asa. Aku semakin penasaran dengan apa yang akan dia katakan selanjutnya.

"Jadi apa yang akan kita lakukan? Melanjutkan hidup? Sepertinya sia-sia! Kita hanya akan menunggu matahari terbit dari barat dan matahari yang panas itu membakar kita semua! Saat kita merasakan semuanya maka  itu sama saja kita merasakan neraka,, dan tentu setelahnya tidak ada surga bagi kita!!"

Oke, pria ini memang paranoid. Kita semua tahu tentang kabar ini, apa gunanya berteriak seperti itu di tengah alun-alun. Tapi anehnya banyak juga orang yang datang mengerubungi panggung ini. Sepertinya ada sesuatu yang tertinggal atau belum aku ketahui.

"Jadi untuk apa kita berlama-lama lagi di dunia ini? Apakah kita menanti untuk siksaan maha dahsyat itu? Baiknya kita mulai saja acara ini... SUICIDE CIRCUS~!!"

ternyata... orang-orang ini gila...

Cygnustoria : Prelude

Jadi yang dirasa hanyalah sesak. Melihat orang yang kau cintai telah pergi meninggalkanmu sendiri. Terlebih mereka kini tak akan kembali menyapa dirimu setiap pagi atau saat kamu akan meninggalkan sadar di malam hari.

Mereka mati dalam keadaan bahagia dalam kursi tempat biasa mereka bercengkrama. Saling menyandarkan bahu seperti saat mereka pertama kali berkencan. Terlihat jelas senyum lembut yang selalu aku kagumi itu kini hanya untuk mereka sendiri.

Entah sedih atau bahagia yang harus aku rasakan, atau malah mencampurnya. Dan kembali di awal, pencampuran itu menjadi sesak.

Selamat tinggal pengasuhku, meski aku di sini baru beberapa saat, namun bagiku kalian sudah seperti orang tuaku sendiri.

*****
Angin yang membawa kematian. Namun saat dirimu mati karena hembusannya, kamu layak senang. 
Mengapa?
Karena ini adalah awal dari akhir penghabisan. Semua orang dengan kebaikan dan cintanya telah di"tiadakan". Dan jika aku masih ada di sini,,, itu berarti aku adalah orang yang buruk.
Memang,, karena di pertempuran terakhir aku telah membantai banyak manusia.